Metro Semarang
Kabar Semarang Terbaru Hari Ini

Pertamina SAF Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan Dari Minyak Goreng Bekas Hingga Sampah Rumah Tangga

Pesawat Garuda Indonesia GA 2547 melakukan pengisian bahan bakar ramah lingkungan Pertamina SAF Bandara Adi Sumarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Jum’at 28 Oktober 2023/Ist/Metrosemarang

METROSEMARANG.COM, Boyolali,– Pertamina serius dalam mendukung target pencapain Net Zero Emission 2060, melalui inovasi produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk penerbangan komersial.

SAF bukan hanya sekadar inovasi, tetapi sebuah komitmen untuk menyelamatkan bumi dari dampak negatif emisi karbon. Pertamina SAF memiliki banyak keunggulan salah satunya emisi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar berbasis fosil pada umumnya.

Sebagai komitmen nyata untuk menujut Net Zero Emission, pada Jumat (27/10) Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Sumarmo, Boyolali, Jawa Tengah perdana melayani pengisian SAF untuk penerbangan komersial Garuda Indonesia GA 2547 dengan rute Bandara Adi Sumarmo Boyolali (SOC) menuju Bandara Soekarno-Hatta Tangerang (CGK).

Sebelumnya, pesawat tersebut terbang dengan rute CGK-SOC (GA 1547) dengan SAF yang diisi di Bandara Soekarno-Hatta.

Langkah nyata ini membuat PT Pertamina Patra Niaga membuka lembaran baru dengan mengambil langkah pertama dalam pengembangan SAF di Indonesia.

SAF adalah solusi bahan bakar jet yang lebih ramah lingkungan. Terbuat dari campuran bahan bakar jet konvensional dan bahan aditif berkelanjutan, SAF dapat digunakan langsung tanpa modifikasi khusus pada pesawat.

Campuran ini, yang disebut “neat SAF,” adalah versi bahan bakar Jet A dan Jet A-1 yang ramah lingkungan, cocok untuk berbagai jenis pesawat.

Dikutip dari situs resmi Pertamina, SAF dihasilkan dari biomassa atau karbon daur ulang. Proses produksi SAF mematuhi standar ketat terkait penggunaan lahan, air, dan energi.

Yang tak kalah penting, produksi SAF tidak melibatkan Perubahan Penggunaan Lahan Langsung dan Tidak Langsung, menghindari deforestasi tropis, dan tidak bersaing dengan tanaman pangan.

Bahan baku pembuatan SAF terdapat tujuh sumber utama, yakni pertama adalah Selulosa atau Residu dari kayu berlebih, pertanian, dan residu hutan, kedua minyak goreng bekas berasal dari lemak nabati atau hewani yang telah digunakan untuk memasak.

Ketiga adalah Camelina sejenis tanaman energi dengan kandungan minyak lipid tinggi. Keempat Jatropha menghasilkan biji yang mengandung minyak lipid tak dapat dimakan. Kelima, Halophyta Rumput rawa asin, ke enam dan ketujuh adalah Alga dan sampah rumah tangga.

Quality Assurance Manager PT Pertamina Patra Niaga, Albert Efendi pada Jumat (27/10) di Bandara Adisumarmo mengatakan, SAF sudah lolos uji statis. Uji coba statis yang sukses dari SAF oleh Pertamina di mesin jet CFM56-7B membuktikan bahwa produk ini layak digunakan pada pesawat komersil.

Ini adalah tonggak awal, dan selanjutnya SAF akan melangkah ke tahap uji Ground Round dan Flight Test. Inisiatif ini melibatkan berbagai pihak, dari Kementerian ESDM hingga Garuda Indonesia, menunjukkan komitmen nyata dalam menghadirkan penerbangan yang lebih hijau.

“Produk ini sama persis yang digunakan ketika uji penerbangan di Jakarta beberapa hari yang lalu dengan mesin pesawat CFM56-7B sehingga produknya sama persis dan secara kualitas tidak terdapat perubahan apapun karena sudah melalui rangkaian uji di laboratorium,” tuturnya.

Dia menyebutkan, Pertamina SAF merupakan hasil inovasi dan kolaborasi antara subholding Pertamina. Melalui fasilitas Green Refinery PT Kilang Pertamina Internasional di Kilang Cilacap, SAF menggunakan metode co-processing ester dan fatty acid (HEFA), dan sesuai standar internasional.

“Nantinya SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi di Indonesia dan tidak menutup kemungkinan kepada pasar aviasi internasional,” ujarnya.

Pengembangan SAF merupakan salah satu upaya Pertamina dalam transisi energi khususnya di bisnis aviasi, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060 dengan target dipasarkan di tahun 2025.

Pertamina SAF merupakan bahan bakar ramah lingkungan, yang menggunakan perpaduan komponen minyak sawit dalam formula SAF, sehingga dapat mengurangi emisi pesawat.

Selain itu, aspek penggunaan bahan baku minyak sawit ini dapat mendorong perkembangan industri dan ekonomi di dalam negeri.

Albert Efendi menambahkan, penggunaan bahan bakar ramah lingkungan pada industri penerbangan, nantinya juga akan diwajibkan di tahun 2026 sesuai Framework CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) dari International Civil Aviation Organization, dimana regulasi tersebut pada tahun ini masih pada fase uji coba.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho mengemukakan bahwa pengisian SAF di Bandara Adi Sumarmo ini dilakukan khusus pada penerbangan kali ini saja.

“Kami sangat bangga dapat melakukan pengisian tersebut untuk penerbangan ini dan optimis implementasi SAF di wilayah kami (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) pada umumnya dan Bandara Adi Sumarmo pada khususnya bisa dijalankan ke depan dalam waktu yang akan disampaikan kemudian,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa setelah melalui serangkaian uji kualitas standar aviasi internasional, Pertamina telah menyempurnakan produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) J 2.4 atau bahan bakar aviasi dengan campuran kandungan energi terbarukan 2.4% .

Dalam kesempatan yang sama, Region Manager Corporate Operation & Services Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, I Komang Astana mengungkapkan siap memasarkan produk avtur ini di seluruh DPPU yang berada di Jawa Tengah dan DIY.

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.