Pembangunan Tol Tanggul Laut Seksi I Terlambat, Ini Alasannya
METROSEMARANG.COM, SEMARANG – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi tak menampik bahwa pembangunan tol tanggul laut seksi 1 mengalami keterlambatan karena adanya tantangan pembebasan lahan yang dihadapi.
Pasalnya, adanya tanah terendam pada lokasi rencana pembangunan tol tanggul laut menurut Undang – Undang Agraria terkait tanah musnah, sehingga dianggap tidak memiliki kepemilikan. Padahal, fakta di lapangan, tanah terendam tersebut semula merupakan daratan yang memiliki sertifikat kepemilikan.
“Timeline tol laut yang menjadi agenda Semarang memang mengalami keterlambatan, karena ada istilah Undang-undang Agraria yaitu tanah musnah, mengalami debatable yang cukup rumit,” ungkap Hendi saat menjadi salah satu narasumber kegiatan bincang siang di Comman Center Kabupaten Demak, Senin (24/1).
“Karena di dalam Undang-undang tersebut, tanah jika kena air laut maka dianggap tidak ada kepemilikannya padahal di situ bekas daratan, pemilik sertifikatnya banyak,” lanjutnya.
Namun permasalahan tersebut menurut Hendi telah menemui titik terang dengan adanya petunjuk dari Presiden RI, Joko Widodo.
Dirinya menyebutkan bahwa bahwa melalui petunjuk presiden yang diterbitkan, maka dapat dilakukan pelelangan yang prosesnya bisa diselesaikan pada akhir tahun ini.
Dengan begitu, Hendi berharap pembangunan tol tanggul laut dapat segera rampung, sehingga bisa mendorong lompatan pembangunan di wilayah yang dipimpinnya.
“Tapi Alhamdulillah melalui petunjuk Bapak Presiden maka dilakukan pelelangan dan lelangnya sudah selesai di akhir tahun,” tutur Hendi yang dalam kesempatan tersebut hadir bersama Bupati Demak, Eisti’anah dan Bupati Kendal, Dico Ganinduto.
“Maka, kalau pembangunan tol tanggul laut ini selesai, tentu saja bisa menahan air laut pasang, kemudian secara aksesibilitas jalur Pantura jika terhubung jalan tol, maka akan berjalan dengan lancar,” tekan Wali Kota Semarang tersebut.
Di sisi lain, Hendi dalam kesempatannya juga menyinggung soal pentingnya komunikasi antar wilayah dalam pengembangan daerah di Jawa Tengah, khususnya pada wilayah hinterland Kedungsepur, atau Semarang Raya.
“Saya selalu diingatkan oleh para senior bahwa inilah saatnya kita berkolaborasi, tidak untuk berkompetisi, kalau tidak terjalin komunikasi yang baik, muncul banyak persoalan bukan kemanfaatan. Maka dengan adanya mbak Eisti dan mas Dico di sini, semoga banyak kemanfaatan yang kita dapatkan,” tegas Hendi.
Adapun salah satu kolaborasi yang diharapkannya adalah terkait terkait pengembangan sektor kepariwisataan. Hal ini mengingat pada masa pandemi Covid-19, upaya membangun sektor pariwisata menurutnya harus terus dilakukan, agar tetap bisa menjadi pendapatan masyarakat.
“Saya rasa kami bertiga sudah punya semangat yang sama. Untuk lainnya kita akan buat pertemuan sampai semua memiliki visi yang sama,” pungkasnya.