Metro Semarang
Kabar Semarang Terbaru Hari Ini

Pokmas Ngudi Tirto Lestari Sulap Enceng Gondok Jadi Biogas, Begini Prosesnya

Kelompok Masyarakat (Pokmas) Ngudi Tirto Lestari di Kabupaten Boyolali mengolah enceng gondok menjadi bahan bakar alternatif berupa Biogas/Andik sismanto /metrosemarang

METROSEMARANG.COM, Semarang – Waduk Cengklik merupakan kawasan perairan di Boyolali yang tidak hanya menjadi salah satu ikon wisata alam, tapi juga memberikan dampak lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Waduk buatan dengan luas genangan mencapai 300 Ha mampu menarik wisatawan setidaknya 13 ribu orang per tahun.

Tidak hanya itu waduk tersebut juga menjadi sumber mata pencaharian bagi nelayan dan sumber pengairan lahan pertanian di sekitar waduk.

Setidaknya masyarakat di 2 kecamatan di sekitar Waduk Cengklik, yaitu Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari menggantungkan sumber air dari waduk tersebut.

Disamping potensi yang besar itu, Waduk Cengklik memiliki permasalahan tersendiri, yaitu sedimentasi waduk yang disebabkan dari keberadaan enceng gondok yang berlebih.

Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, khususnya dalam menjaga kelestarian Waduk Cengklik di Boyolali, Pertamina menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Desa Energi Berdikari, utamanya dengan mengedukasi masyarakat memanfaatkan eceng gondok di sekitar waduk sebagai sumber energi baru terbarukan.

Hal itu dijalankan dalam kegiatan pelatihan kepada Kelompok Masyarakat (Pokmas) Ngudi Tirto Lestari di Kabupaten Boyolali yang berada di sekitar lokasi operasi Pertamina, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Soemarmo.

Melalui program tersebut, Pokmas Ngudi Tirto Lestari mengolah enceng gondok dijadikan sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT) yakni menjadi biogas.

Ketua Pokmas Ngudi Tirto Lestari Turut Raharjo mengatakan, Waduk Cengklik saat ini memang cukup banyak ditumbuhi enceng gondok.

Untuk membuat biogas berbahan enceng gondok kata Turut Raharjo tidaklah sulit.

Dia menjelaskan untuk membuat biogas, terlebih dahulu enceng gondong dicacah dengan menggunakan mesin pencacah hingga menjadi potongan kecil.

Setelah dilakukan pencacahan, kemudian dimasukan ke dalam tong besar dan dicampur air dengan kompisisi 1:1. Misalnya enceng gondong 100 kilo ditambah air 100 liter.

Pada tong tersebut terdapat instalasi pipa paralon untuk menyalurkan gas.

Untuk bisa menghasilkan biogas, dibutuhkan waktu kurang lebih 21 hari. Gas hasil pembusukan itu kemudian disalurkan melalui pipa.

Gas tidak langsung disalurkan ke kompor gas, namun terlebih dahulu di tampung di dalam ban bekas. Ban bekas ini berfungsi untuk menampung sekaligus memberikan tekanan.

Dari ban bekas itu baru kemudian disalurkan ke kompor gas. Biogas dari enceng gondok pun siap untuk digunakan.

“Saat ini memang baru satu, namun harapannya ke depan setiap rumah warga bisa memanfaatkan biogas dari enceng gondok ini sebagai alternatif,” ujarnya belum lama ini.

Dia menyebutkan Pokmas Ngudi Tirto Lestari mendapatkan bantuan dari Pertamina DPPU Adi Soemarmo, tidak hanya pelatihan namun juga bantuan berupa peralatan pembuatan biogas.

Dengan menggunakan sebuah drum enceng gondok difermentasi untuk menjadi biogas/andik sismanto/metrosemarang

Dia menambahkan, enceng gondok tidak hanya bisa diproses menjadi biogas saja, namun juga bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk organic berbahan dasar enceng gondok.

Sementara itu, Community Development Officer Pertamina DPPU Adi Soemarmo, Siti Fatonah menyatakan, dari program CSR yang dijalankan merupakan salah satu wujud dari penerapan komitmen ESG (Environment, Social, Governance) yang dijalankan Pertamina.

Selain itu program ini juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Dia menjelaskan, pembuatan biogas berbahan dasar enceng gondok dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya untuk memasak menggunakan kompor gas.

“Dari pengujian 100 Kg eceng gondok mampu dikonversi menjadi biogas portabel dengan kapasitas 200 liter,” tuturnya.

Tidak hanya dimanfaatkan sebagai biogas, Pertamina juga mendorong masyarakat yang mayoritas petani di sekitar Waduk Cengklik untuk mengambil nilai manfaat eceng gondok sebagai pupuk organik padat dan cair untuk pertanian di sekitar waduk.(Dik)

 

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.