Metro Semarang
Kabar Semarang Terbaru Hari Ini

Laboratorium Klinik Utama CITO Perkenalkan Layanan Baru Farmakogenomik

LAYANAN BARU- CEO Laboratorium Klinik CITO, dr. Haryadi Ibnu Junaedi Sp.B., bersama Bisnis Development Klinik CITO, dr. Dyah Anggraeni M.Kes., Sp.PK., saat meluncurkan layanan baru untuk pemeriksaan Farmakogenemik, di Laboratorium Klinik CITO Semarang, Jumat (15/7/2022). /ist

METROSEMARANG.COM, Semarang – Laboratorium Klinik CITO memperkenalkan layanan terbarunya untuk pemeriksaan Farmakogenomik.

Farmakogenomik adalah contoh penting dalam bidang precision medicine, yakni bentuk pengobatan menggunakan informasi Gen atau protein, untuk mencegah, mendiagnosis atau mengobati penyakit.

Farmakogenomik bertujuan untuk menyesuaikan tata laksana medis untuk setiap orang atau sekelompok orang, dan melihat bagaimana DNA mempengaruhi cara merespons obat.

“Dalam beberapa kasus, DNA dapat mempengaruhi apakah memiliki reaksi buruk terhadap obat atau apakah obat itu membantu atau tidak,” kata CEO Laboratorium Klinik CITO, dr. Haryadi Ibnu Junaedi, Sp.B. saat Grand Launching Layanan Pemeriksaan Farmakogenomik, Jumat (15/7/2022), di Laboratorium Klinik CITO Semarang.

dr. Haryadi menambahkan, jika pemeriksaan Farmakogenomik bermanfaat untuk mengetahui obat yang tepat dan aman untuk dikonsumsi. Pemeriksaan ini juga membantu dokter dalam menemukan obat yang paling cocok untuk Anda.

Dijelaskannya, berdasarkan sifat fisiknya, secara antropologis, manusia digolongkan dalam berbagai suku dan ras.
Penggolongan ini didasarkan atas perbedaan parameter morfologis yang antara lain terdiri dari warna kulit, warna dan tekstur rambut, tinggi badan, dan sebagainya.

“Secara genomik, perbedaan – perbedaan morfologis tersebut disebabkan oleh adanya beberapa gen yang bertanggung jawab terhadap perbedaan fenotipe dari masing – masing etnik tersebut,” imbuhnya.

Dijelaskan, varian DNA baru yang saat ini lebih banyak dipakai sebagai penanda (marker) adalah apa yang
disebut sebagai single nucleotide polymorphisms (SNPs). SNP terjadi bila satu jenis nukleotida dalam
posisi tertentu tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain.

“Sebagian besar perbedaan manusia dipengaruhi oleh adanya perbedaan SNPs yang terjadi pada genomnya, dan berhubungan dengan jenis penyakit tertentu ataupun respon tubuhnya terhadap penggunaan obat,” jelasnya.

Beberapa SNPs yang berada pada lokasi non-coding regions, lanjutnya, ternyata juga dapat mempengaruhi stabilitas mRNA dan kecepatan transkripsinya. Perbedaan sekecil apapun dapat mempengaruhi fungsinya.

“Oleh sebab itu, dapat diduga bahwa perubahan dalam struktur dan fungsi protein yang menjadi target kerja obat akan mempengaruhi respon obat dalam tubuh,” ujarnya.

Menurutnya, beberapa gen yang bertanggungjawab sandi ekspresi dari enzim-enzim metabolisme obat,
yaitu CYP2C19, CYP2D6, CYP2C9, dan SLCO1B1. Variasi struktur dan fungsi dari enzim-enzim tersebut dapat menyebabkan meningkatnya efek samping dari berbagai jenis obat.

“Hingga 70% dari reaksi obat yang merugikan ini memiliki hubungan genetik yang tinggi, yang berarti
bahwa bahaya tersebut dapat dengan mudah dihindari dengan pengujian genetik,” ungkapnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Laboratorium Klinik CITO menghasilkan produk terbaru farmakogenomik yang tujuannya untuk memilih obat yang tepat terhadap individu (personalized medicine) berdasarkan profil genetik, sehingga tidak ditemukan kembali adanya ADR.

“Produk tersebut kami beri nama ‘CitoGen Pharmaco-Gx’. Produk ini juga dianalisis menggunakan software berbasis genetik yang menggunakan bioinfomatika ras Asia, software ini berfungsi mengumpulkan dan menganalisis data yang dihasilkan dari staff laboratorium kami. Hasil dari pemeriksaan produk ini juga terdapat rekomendasi-rekomendasi yang akan membantu dokter untuk memberikan obat yang sesuai untuk pasiennya,” terangnya.

Dikatakan, Laboratorium Klinik CITO menyediakan 10 panel pemeriksaan. Panel yang paling lengkap mencakup 160+ jenis obat, yang hasil pemeriksaannya akan membantu dokter untuk memberikan obat yang cocok untuk pasiennya dengan menganalisis empat gen yang paling sering menyebabkan reaksi obat yang merugikan.

Setelah menerima hasil, pasien dapat berkonsultasi kepada dokter keluarga atau dokter yang menangani penyakitnya selama ini. Jika pasien mengikuti Medical Check-Up di Laboratorium Klinik CITO, maka dapat berkonsultasi ke dokter Spesialis Farmakologi Klinik secara virtual atau dokter Medical Check-Up CITO secara offline.

Sementara, untuk melakukan pemeriksaan Farmakogenomik, biaya yang dikeluarkan mulai dari Rp1,7 juta – Rp2 juta untuk kategori per penyakit, misalnya Diabetes Mellitus, Hipertensi, Anti kolesterol, Terapi anti trombosit, Beta Blocker, Tamoxifen, PPI (Obat yg menghambat asam lambung), NSID (Anti inflamasi non steroid/kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan demam) dan lain-lain.

Sedangkan bila ingin mendapatkan data base untuk 160 lebih jenis obat (termasuk obat-obatan seperti diatas), dapat mengikuti pemeriksaan Ready Rx, maka cukup dengan biaya Rp2,5 juta saja.

Adapun yang bisa melakukan pemeriksaan tersebut yaitu pasien peserta Medical Check-Up, lalu mengikuti Ready Rx yang cukup lengkap, sehingga pasien memiliki data base respon terhadap terapi berdasarkan genetik masing-masing.

“Selain itu, untuk pasien yang menderita penyakit kronis, seperti terapi hipertensi, DM, penyakit jantung, gastritis dan lain-lain juga perlu mengikuti pemeriksaan ini, karena akan menggunakan obat-obatan dalam jangka panjang,” tutup dr. Haryadi.

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.