BEI Jateng: Bangun Soft Skill Keuangan Sejak Dini untuk Menuju Mapan Finansial
Literasi keuangan dan keseimbangan mental jadi kunci kesejahteraan masyarakat modern

METROSEMARANG.COM, Semarang – Menuju kehidupan finansial yang mapan tak cukup hanya dengan menabung.
Diperlukan perencanaan yang matang serta kemampuan mengelola keuangan secara bijak. Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Jawa Tengah menegaskan pentingnya membangun soft skill pengelolaan keuangan sebagai fondasi kesejahteraan finansial jangka panjang.
“Bagaimana kita membangun soft skill bahwa uang itu harus dipelajari,” ujar Fanny Rifqi, Kepala BEI Jateng, dalam diskusi Idola Business Gathering (IBG) bertema “Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Finansial” yang digelar Radio Idola Semarang bersama BEI Jateng, Rabu (29/10) di Hotel Grasia Semarang.
Selain Fanny, hadir pula Hamargomurni, S.Psi (Psikolog Amino Hospital) dan Vincentia Grannita, Analis Senior OJK Jateng. Acara dipandu oleh penyiar Radio Idola, Doni Ashar.
Fanny menuturkan, kebiasaan sederhana seperti mencatat pengeluaran harian merupakan langkah awal membangun kesadaran finansial.
“Makan siang pun saya catat. Itu bukan tekanan, tapi kebiasaan yang membantu kita memahami pola keuangan pribadi,” katanya.
Ia menambahkan, BEI Jateng aktif menggelar program Sekolah Pasar Modal (SPM) sebagai sarana edukasi investasi bagi masyarakat. Melalui SPM, peserta belajar memahami perbedaan antara menabung dan berinvestasi.
“Kalau menabung hanya menyimpan uang, investasi membuat uang kita bertumbuh. Risiko memang tidak bisa dihilangkan, tapi bisa diminimalkan,” jelasnya.
Fanny juga memperkenalkan tiga level kecerdasan finansial:
- Cerdas menghabiskan uang, tahap awal belajar menggunakan uang.
- Cerdas menyisihkan uang, belajar membedakan kebutuhan dan keinginan.
- Cerdas meningkatkan nilai uang, melalui investasi yang tepat.
“Kalau dulu orang tua kita beli gabah sebagai investasi, sekarang aset bisa berupa saham, reksa dana, atau emas. Kuncinya, ubah uang tunai menjadi aset yang nilainya tumbuh,” ujarnya.
Menurutnya, keselarasan antara profil risiko dan instrumen investasi menjadi faktor penting dalam keberhasilan berinvestasi. “Kalau tidak nyaman dengan fluktuasi saham, bisa pilih obligasi atau reksa dana. Risiko datang bukan dari instrumennya, tapi dari ketidaktahuan kita,” tegasnya.
Psikolog Hamargomurni mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental dalam pengelolaan keuangan.
“Kecemasan itu membodohkan. Wajar merasa cemas, tapi jangan sampai berlebihan. Termasuk soal finansial,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kesadaran diri untuk menghadapi masalah finansial dengan tenang. “Kuncinya adalah menerima, bertahan, dan mencari solusi dengan berkonsultasi pada pihak yang kompeten,” tambahnya.
OJK Jateng Imbau Waspadai Pinjol Ilegal
Dari sisi regulator, Vincentia Grannita dari OJK Jateng menegaskan pentingnya literasi keuangan agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh layanan keuangan ilegal.
“Pastikan produk keuangan yang digunakan Legal dan Logis. Dua hal ini harus jadi pegangan masyarakat,” tandasnya.
Ia menambahkan, peningkatan literasi keuangan akan membantu masyarakat memahami hak dan kewajiban finansial mereka, serta menjauhkan dari jeratan pinjol ilegal yang masih marak.
Dengan membangun soft skill keuangan sejak dini, memahami risiko investasi, dan menjaga keseimbangan mental, masyarakat diharapkan mampu mencapai kemandirian dan kesejahteraan finansial yang berkelanjutan.***