Metro Semarang
Kabar Semarang Terbaru Hari Ini

Jawa Tengah Kendalikan Inflasi Pasca Lebaran: Harga Pangan Turun, Sektor Lain Waspada!

Jawa Tengah Kendalikan Inflasi Pasca Lebaran: Harga Pangan Turun, Sektor Lain Waspada/ilustrasi

METROSEMARANG.COM, Semarang, – Kabar baik datang dari Jawa Tengah pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri 1446 H.

Meskipun mencatatkan inflasi bulanan sebesar 1,38% pada April 2025, sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional (1,17%), angka ini menunjukkan penurunan tekanan inflasi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,43%. Secara tahunan, inflasi Jawa Tengah berada di angka 1,94%, sedikit di bawah inflasi nasional (1,95%).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, melihat adanya pengendalian inflasi yang cukup baik di Jawa Tengah pasca Lebaran. Penurunan tekanan inflasi ini terutama didukung oleh terkendalinya harga sejumlah komoditas pangan.”

Data menunjukkan bahwa penurunan tekanan inflasi ini dipengaruhi signifikan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil -0,08%.

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga signifikan adalah cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras. Normalisasi permintaan dan pasokan pasca HBKN menjadi faktor utama penurunan harga ini.

Bahkan, pasokan daging ayam ras yang melimpah akibat produksi anak ayam (DOC) yang melebihi kebutuhan turut berkontribusi pada deflasi. Selain itu, panen padi di Jawa Tengah juga turut menekan harga beras.

Namun, kenaikan harga bawang merah sedikit menahan deflasi lebih dalam pada kelompok ini.

“Kenaikan harga bawang merah ini disebabkan oleh panen yang kurang optimal akibat serangan penyakit janda pirang di sentra bawang Demak,” jelas Rahmat Dwisaputra.

Di sisi lain, kewaspadaan perlu ditingkatkan pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang menyumbang andil inflasi cukup tinggi, yaitu 1,10%.

Penyebab utamanya adalah normalisasi tarif listrik pelanggan pascabayar kategori rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya di bawah 2.200 VA.

Tekanan inflasi juga terasa pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan andil 0,16%.

Kenaikan harga emas perhiasan menjadi penyumbang utama (0,14%) seiring dengan lonjakan harga emas dunia.

“Peningkatan permintaan aset safe haven oleh investor akibat ketidakpastian global menjadi pendorong utama kenaikan harga emas dunia,” ungkap Rahmat Dwisaputra.

Ketegangan perdagangan global, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara, serta tensi geopolitik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina turut memperkuat ketidakpastian global ini.

Menyikapi situasi ini, Bank Indonesia bersama dengan Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama dalam melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi.

“Fokus kami adalah menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang dan komoditas di Jawa Tengah. Kami optimis dapat menjaga inflasi tetap berada dalam rentang sasaran 2,5±1%,” pungkas Rahmat Dwisaputra.

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.